- Masyarakat
Palembang menyebut kain ini dengan istilah Pelangi
- Masyarakat
Banjarmasin menyebut Sasirangan
- Masyarakat Jawa
menggunakan istilah Tritik untuk kain yang sama
Secara keseluruhan
kain ini lebih populer di Indonesia dengan sebutan jumputan atau ikat.
Perancang Dian
Pelangi memakai teknik ini untuk rancangan busana muslimnya. Sedangkan pelopor
kain ikat atau jumputan di Indonesia sendiri adalah Ghea Panggabean dan
Carmanita. Bahkan sampai saat ini mereka konsisten mempertahankan teknik ini
sebagai ciri khas koleksi tie dye rancangannya.
Untuk mendapatkan
motif yang unik dan beragam, biasanya para pengrajin menyisipkan biji – bijian,
dedaunan, batu, kerikil, ranting pohon, dan berbagai material lain untuk
menambah ke8indahan kain yang telah dilipat, dijahit mengikat, dijepit ataupun
usaha perintang warna lainnya untuk menghindari bagian tersebut dari sapuan
rendaman celupan warna. Hasinya tentu saja sangat memuaskan. Motif unik
yang beragam, abstrak, dan ekslusif karena corak antara kain yang satu dengan
lembaran kain yang lain tak ada yang serupa walaupun melalui proses yang sama
membuat kain tie dye menjadi begitu terkenal dan fenomenal.
Editor
Djawa Craft
Tie Dye Specialist
Pin 52246cad
wa 0857 8050 8808
FP
Djawa Craft
No comments:
Post a Comment